Sabtu, 15 September 2012

Fan Fiction : Take Care Of My Girlfriend BEAST/B2ST

Author : Dyan Sabrina ( Istri Dongwoon )
Judul : Take Care Of My Girlfriend
Genre : Romance, Angst
Rating : G

Cast :
- Park Hye-rin/ author/ kamu . *terserah deh enaknya pake yang mana* :D .
- Son Dongwoon
- Yang Yoseob

Annyeong.. bingung mau post apa, jadi post FANFIC gaje ini aja, hihi. perlu chingu-chingu semua tahu, bahwa ini Fanfic pertama yang aku buat selama hidupku dan ini bukan jiplakan loh.. asli dari pikiranku yang selalu mikirin Yoseob, cekakakak xD.. 
sebelum baca ngucap dulu ya.. semoga kalian ngerti jalan ceritanya. fanfic abal-abalan ini aku persembahkan untuk BEAST *ya, walaupun mereka gak mungkin baca* -___- , para B2UTY/B2STLY dan buat kalian pengunjung blog ini. Mohon maaf kalau ada typo, karena saya juga manusia. Oiya, fanfic ini sengaja aku buat seperti cerpen, supaya lebih simple, namanya juga fanfic abal-abalan + gaje, jadi beda sama fanfic lain. harap maklum. happy reading. 2 Last Word.. THANK YOU ^^

HARAP UNTUK TIDAK MENGCOPY, ATAU MENJIPLAK FANFIC INI. TANPA PERSETUJUAN DARI SAYA. TOLONG HARGAI PENULIS. DON'T BE PLAGIATRISM PLEASE ..

PERINGATAN!!! jangan menyesal ya lihat akhirnya :D 



Aku duduk dibangku sebuah taman. Pikiranku terasa kosong, entah apa yang membawaku ke taman ini. Aku bahkan tak tahu, taman apa ini. Rasanya aku baru pertama kali kesini. Suara semak mengagetkanku dari balik pepohonan berlari seorang laki-laki yang hampir saja menabrak bangku tempatku duduk, disusul dengan seorang laki-laki lagi dibelakangnya. Aku tak bisa melihat wajah mereka, aku hanya mendengar salah seorang memanggil sebuah nama dengan teriakan keras. Kupikir ia memanggil nama salah satu dari mereka.

“Yang Yoseob, tunggu aku”, itulah kata yang aku dengar lalu membangunkanku dari tidurku. Sejenak aku berpikir , kenapa bisa aku bermimpi seperti itu ? aku bahkan tak mengenal mereka. Aneh.


Seperti biasa, aku harus mendatangi sebuah bangunan yang orang-orang bilang namanya, sekolah. Tapi, bagiku ini penjara. Seperti pelajar biasa lainnya, aku harus menaiki bus untuk pergi ke ‘penjara’ itu. Menunggu datangnya bus di halte bersama beberapa siswa lain yang tentu saja tidak aku kenal. Bus datang, aku segera memasuki bus dengan cepat agar mendapat tempat yang aku inginkan. Tapi, ada dua orang laki-laki yang lebih cepat dariku, dan itu membuatku sangat kesal saat mereka mengambil tempat favoriteku.



Sepanjang perjalanan dua laki-laki perebut itu saling bercanda tawa satu sama lain, sepertinya mereka sangat dekat.

“Ah, untuk apa aku memerhatikan mereka.” Pikirku mengalihkan pandangan keluar melalui jendela bus.

Bus berhenti tepat didepan halte terakhir. Semua orang yang satu sekolah denganku turun dari bus, termasuk dua laki-laki perebut itu. Awalnya aku heran mengapa mereka turun juga, ternyata mereka juga bersekolah disekolahku, aku saja yang tak memerhatikan seragam yang mereka pakai. Kami semua murid SMA Jangsung berjalan untuk memasuki jalanan menuju sekolah itu. Hampir dari mereka semua saling kenal dan berjalan bergerombol sambil bercanda. Hanya aku yang merasa terasingkan disitu. Sebenarnya bukan aku yang terasingkan, tapi aku sengaja mengasingkan diri.


Terlihat sebuah taman kecil dipinggir jalan yang kami semua lewati, pikiranku kembali melayang mengingat mimpiku itu. Saat aku membayangkan si laki-laki memanggil nama temannya, nama itu terasa nyata ditelingaku, aku berbalik melihat siapa yang mengatakan nama itu, ternyata salah satu dari si dua laki-laki perebut itu, yang mempunyai badan tinggi sedang berlari menuju ke badan yang sedikit lebih kecil darinya yang sekarang ku ketahui namanya adalah Yang Yoseob.


Aku hanya heran, kaget, tak percaya melihat apa yang barusan terjadi. Aku bahkan tak percaya dengan apa yang kudengar. Ternyata kedua laki-laki tanpa wajah dalam mimpiku itu mereka, si perebut tempat duduk favoriteku di bus.


“Apa coba hubunganku dengan mereka, aku bahkan baru melihat mereka hari ini, namun aku sudah memimpikan mereka kemarin.” Ucapku dalam hati tak percaya.


         Aku masih sibuk dengan hal aneh itu, tak terasa aku sudah berada di koridor kelas. Aku tak tahu, menuju kelas mana laki-laki misterius itu. Memasuki kelas dengan wajah muram dan penuh keseriusan, itulah sosokku saat berada didalam kelas. Namun dengan sifat seperti itu, bukan berarti aku tak mempunyai teman, teman sekelasku suka dengan wajah sok seriusku itu. Padahal aku memang selalu muram saat akan belajar apalagi pelajaran hari ini, ada pelajaran bahasa inggris. Pelajaran itu, membuatku berfikir kalau sekolah ini benar-benar seperti sebuah penjara.
             

          Satu-satunya yang membuatku semangat adalah karena sekolahku ini, ada kegiatan fotografi. Saat istirahat aku menghabiskan waktu diruang fotografi untuk mengasah kemampuanku. Sedang asik memotret objek yang unik, aku dikagetkan oleh suara pintu terbuka. Masuk seorang laki-laki bertubuh tinggi yang entah siapa, aku hanya melihat bayangannya. Menurutku pasti dia senior Kang, yang ingin mengambil kameranya.
             

         Ternyata aku salah. Terdengar suara dari belakangku yang kurasa asing, namun aku sudah pernah mendengarnya. 

“Annyeong, Son Dongwoon Imnida,” Sapa laki-laki itu.

Aku langsung membalasnya dengan membungkukkan badan tanpa melihat wajahnya. Saat aku menegakkan badan aku melihat si laki-laki berbadan tinggi, teman Yang Yoseob itu beerdiri dihadapanku. Aku terdiam seperti patung. Aku merasa waktu disekitarku berhenti berjalan. Bahkan, suara burung yang berkicauan pun tak terdengar lagi. Aneh, namun itulah yang aku rasakan.

        Setelah menjelaskan panjang lebar denganku, ternyata dia adalah murid baru dikelas 11-D. Pindahan dari Incheon. Dia berkata, dia melihatku menaiki bus bersamanya dan Yoseob pagi tadi. Tak lupa Dongwoon juga memberitahui bahwa Yoseob adalah sahabat yang telah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Yoseob murid baru di kelas 12-A.

         Selama ia menjelaskan itu, sekali lagi aku memikirkan mimpiku. Kenapa mereka bisa berada didalam mimpiku. Terlihat jelas bahwa dimimpiku itu, Dongwoon sedang mengejar Yoseob untuk tidak meninggalkannya. Memikirkan itu, membuatku semakin pusing, dan aku bertekad untuk tak ingin mengingat mimpi itu lagi.

“Dongwoon-a, bukankah seharusnya kau memanggil Yoseob seonbae, dengan panggilan hyung. Kenapa kau hanya memanggil namanya, itu sangat tidak sopan.” Kritikku kepada sikap Dongwoon.

“Ya!. Aku hanya bercanda, aku senang melihatnya marah dan meninggalkanku, lalu aku mengejarnya.” Jawab Dongwoon santai dengan senyum menghiasi wajahnya.


Berminggu-minggu telah ku lewati bersama Dongwoon, aku semakin dekat dengannya begitu pula dengan Yoseob seonbae. Bahkan akhir-akhir ini, aku selalu bersama dengan Dongwoon, karena ada tugas pemotretan berkelompok, dan aku bersama Dongwoon. Kami sering menghabiskan waktu ditaman, untuk mencari objek pemotretan yang bagus atau hanya untuk sekedar bersantai bersama. 


       Saat duduk bersampingan bersama Dongwoon, aku selalu merasa hangat, perasaan yang kurasakan sama saat aku bertemu dengannya diruang pemotretan. Jantungku tak berhenti berdetak kencang, waktu seakan berhenti, semua yang ada disitu berhenti bergerak hanya kami berdua yang dapat bergerak. Apa aku jatuh cinta dengannya? Mungkinkah? …. Kalau aku melihat dari sisi Dongwoon sepertinya dia juga menyukaiku. Tapi suka bukan berarti cintakan ? mungkin dia hanya menyukaiku sebagai seorang sahabat.


“Hye-rin-a, kalau kau menyukai seseorang dan ternyata temanmu juga menyukai orang itu, apa kau akan mengalah buat temanmu itu?” pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Dongwoon yang memecahkan keheningan yang kurasakan.

“Entahlah, tergantung dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada diri temanku itu.” Jawabku singkat menaikkan bahuku

     Disekolah aku bertemu dengan Yoseob seonbae, saat ia mendekatiku dan berdiri tepat dihadapanku, aku juga merasakan hal yang sama, yang kurasakan pada Dongwoon. Apakah aku juga jatuh cinta pada Yoseob seobae.? Seserakah inikah aku, sampai jatuh cinta pada dua orang sekaligus? Kalau aku memikirkan mereka berdua, aku benar-benar akan gila. 


        Hingga suatu malam, Dongwoon mengajakku untuk berjalan-jalan ke Myeong-Dong akupun menerima tawarannya itu. Sesampainya disana, aku tak bertemu dengan Dongwoon, yang aku lihat adalah Yoseob seonbae sedang melambaikan tangan denganku.

“Seonbae, kenapa bisa ada disini? Dongwoon mana ?” Tanyaku bingung melihat sekeliling.

“Dia bilang padaku untuk menemanimu, karena dia tak bisa”. Jawab Yoseob Seonbae singkat menarik tanganku melewati kerumunan orang-orang dijalan itu.


        Tadinya aku ingin bertanya lebih kenapa Dongwoon tidak bisa,namun aku merasa jantungku tertinggal ditempat kami berdiri tadi, aku tak menyangka bahwa Yoseob seonbae memegang tanganku dengan erat dan berlari bersamaku. Setelah kami berkeliling beberapa kali, kami duduk dibangku taman, untuk beristirahat sambil meminum minuman soda yang tadi Yoseob seonbae beli. Beberapa menit kami berdua terdiam. Hingga Yoseob seonbae, berlutut dihadapanku dengan memegang sebuah benda yang tak terlihat ditangannya.


            Melihat itu, aku terkaget. Hampir saja minuman yang kuminum semburkan ke arahnya.
“Hye-rin ya, mau kah kau memanggilku Oppa, jangan memanggilku Seonbae lagi. ? kata-kata itu keluar dari mulutnnya, dengan wajah yang sangat serius berbeda dengan ekpresi-ekpresi wajahnya yang biasanya imut.

Aku terbatuk . Lalu Yoseob seonbae melanjutkan ucapannya itu.
“Maukah kau menjadi pacarku? Kalau kau ingin, tundukkan kepalamu. Biarkan aku memasangkan pita ini di rambutmu. Dan kalau tidak, ambillah pita ini, lalu kau buang ketempat sampah itu.” Yosoeb seonbae, mengakhiri ucapannya, dengan menunjuk tempat sampah diujung jalan.

            Sejenak aku terdiam. Aku melihat wajah serius darinya, yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Aku pikir dia benar-benar mencintaiku. Dan kurasa aku juga mencintainya. Aku memandanginya dengan serius pula. Lalu kutundukkan perlahan-lahan kepalaku kepadanya, lalu ia tersenyum dan memasangkan pita itu dikepalaku. Ia memelukku dengan erat lalu membisikkan sebuah kalimat. 

“Aku mencintaimu Hye-rin-a ”. Aku pun tersenyum bahagia dipelukkannya mendengar kalimat itu.

          Haruskah aku memberitahu Dongwoon bahwa aku dan Yoseob seonbae telah berpacaran? itulah yang aku pikirkan setelah semua itu terjadi. 


           Esoknya aku tak melihat Dongwoon berjalan bersama Yoseob Seonbae ke halte bus. Saat berada di bus aku duduk bersampingan dengan Yoseob Soenbae dan bertanya kepadanya “Oppa, Dongwoon dimana ? kenapa tidak bersamamu ?” 
 
“Oh, dia berkata ada yang harus ia kerjakan dulu, jadi dia menyuruhku untuk pergi meninggalkannya.” Jawab Yoseob Seonbae tersenyum padaku. 

Melihat senyum itu aku sangat bahagia. Aku tak menyangka dapat melihat wajahnya sedekat ini.
            

            Berminggu-minggu telah berlalu, aku merasa semakin jarang bertemu dengan Dongwoon. Sepertinya dia sengaja menjauhiku. Ada apa dengannya. Kenapa dia berubah seperti itu ?


            Hingga suatu hari di ruang pemotretan, saat yang ada disitu hanya kami berdua. Telah lama aku menunggu momen seperti ini. Aku bertanya kepadanya kenapa ia jadi berubah kepadaku, ia lebih sering mendiamiku. Tapi ia hanya menjawab bahwa ia tak ingin menggangguku dengan Yoseob Seonbae. Apa maksud dari perkataannya itu. Ia juga menambahkan, bahwa aku harus membahagiakan Yoseob Seonbae. Aku semakin tidak mengerti dia.


            Pagi hari diawal musim gugur, hubunganku dengan dengan Yoseob Seonbae baik-baik saja begitu pula dengan Dongwoon, sepertinya ia telah kembali menjadi Dongwoon yang dulu lagi. Aku duduk didepan rumahku. Memikirkan apa yang ku alami akhir-akhir ini. Hingga, teleponku berbunyi. Dongwoon menelepon berkata bahwa Yoseob Seonbae masuk rumah sakit karena sebuah kecelakaan.


Aku melihat Dongwoon berdiri tepat didepan kamar mayat, air mataku mengalir deras, sangat deras. Aku berlari kearahnya, ingin memasuki ruangan itu. Dia menarikku, aku tak melihat satupun tetes air mata membasahi wajahnya. 

“Ya, dia bukan didalam sana, namun dia diruangan itu.” Dongwoon berkata lalau menunjuk ruangan diseberang ruang mayat itu, tawa kecil menghiasi wajahnya.

“Kau masih bisa tertawa ?” tanyaku kesal.

“Aku yakin, Yoseob hyung pasti juga akan tertawa kalau melihat kejadian ini,” lanjutnya dengan tawa masih menghiasi wajahnya.

        Aku memasuki ruangan itu, aku melihat Yoseob Seonbae terbaring dengan perban dikepalanya. Dongwoon mengikuti dibelakangku. Yoseob Seonbae tidak bergerak, apa ia sedang tidur? Aku lebih dekat dengannya, sampai aku duduk disamping tempat ia berbaring. Ia bangun, memberiku senyuman manisnya. Aku merasa lega melihat senyumnya itu.

“Oppa, bagaimana keadaanmu sekarang, kau baik-baik sajakan?” tanyaku cemas.

“Aku baik-baik saja, karena kau sudah datang untuk menyembuhkanku,” canda Yoseob Seonbae.

Bahkan disaat seperti inipun ia masih bisa bercanda. Itu membuatku cemas.

Dongwoon mendekati kami, lalu memelukku dan Yoseob Seonbae, air matanya mengalir membasahi wajahnya. Melihat itu tentu saja aku dan Yoseob Seonbae merasa heran. Dongwoon memang suka bertindak semaunya, bahkan menangispun ia seenaknya, tanpa memberitahu sebabnya.

            Aku berniat untuk mengunjungi Yoseob Seonbae, namun saat aku didepan pintu kamarnya, aku mendengar keributan. Aku melihat dari kaca yang ada dipintu, Yoseob Seonbae memukul Dongwoon. Namun Dongwoon hanya diam tak melawan dan menangis. Sepertinya telah terjadi sesuatu yang besar diantara mereka. Aku tak berani untuk masuk akhirnya, aku pulang. Namun sebelum pulang aku bertanya kepada dokter yang merawat Yoseob Seonbae. 


“Nona Hye-rin, saya rasa anda belum mengetahui sebuah kenyataan, bahwa saudara Yang Yoseob sedang mengidap kanker otak stadium akhir.” Inilah perkataan dokter yang membuatku tak mampu menahan air mataku, aku tak percaya ini. Kenapa ia menyembunyikan ini padaku.

            Dokter itu lalu melanjutkan perkataannya,
“Selama ini dia tidak mengetahui penyakitnya ini, yang mengetahuinya hanya Dongwoon. Dongwoon lah yang mengetahui penyakitnya sejak setahun lalu, saat pertama kali Yoseob mengalami kecelakaan yang melukai kepalanya. Namun, sekarang Yoseob sudah mengetahui penyakit yang dideritanya itu, ia sangat syok mendengarnya. Ia bahkan memohon padaku untuk menyelamatkan hidupnya.” Jelas Dokter dengan panjang lebar.

Aku menangis diruangan dokter itu, aku tak menyangka ini akan terjadi pada hidupku. Orang yang kucintai akan meninggalkanku untuk selamanya. Aku mengerti dengan tindakan yang Yoseob Seonbae lakukan pada Dongwoon dikamarnya tadi. Yosoeb Seonbae pasti merasa kecewa pada Dongwoon yang merahasiakan penyakitnya itu.


         Akhirnya, aku mengerti dengan perkataan  Dongwoon, yang memintaku untuk membahagiakan Yoseob Seonbae. Sebenarnya Dongwoon berniat baik pada Yoseob Seonbae, tapi tentu saja Yoseob Seonbae merasa dibohongi.

    Yoseob Seonbae keluar dari rumah sakit, Dongwoon membawakan tasnya dan berjalan dibelakangnya. Sepertinya hubungan mereka telah membaik. Yoseob seonbae tersenyum melihatku, aku juga tersenyum, begitu pula Dongwoon. Namun kalau aku melihat senyum Yoseob Seonbae, aku ingin menangis, aku tak tahu kapan akan melihatnya tersenyum manis kepadaku untuk terakhir kalinya. Aku takut kalau itu, terjadi pada hari ini. Aku berusaha menutupi kesedihanku. Membuang semua rasa cemasku.


“Oppa, bagaimana kalau kita berjalan bersama-sama setelah menyimpan barang-barangmu ini ?” Tanyaku dengan wajah senang, berusaha menyembunyikan kesedihanku.

“Aku setuju hyung,” Dongwoon menambahkan.

            Yoseob Seonbae menyetujuinya, kami berjalan bersama. Membeli makanan dan minuman bersama-sama, berfoto ditaman bersama-sama. Semua kami lakukan bersama-sama. Aku sangat senang melihat foto kami bertiga, dengan ekspresi wajah yang sangat gembira. Aku akan menyimpan foto itu selamanya.

            Dua bulan telah berlalu, kesehatan Yoseob Seonbae semakin memburuk. Ia semakin sering keluar masuk rumah sakit. Padahal dokter sudah mengatakan untuk tetap tinggal dirumah sakit, sayangnya ia tak pernah mendengarkan.


            Aku sedang menunggu Dongwoon didepang gerbang sekolah. Aku akan mengunjungi Yoseob Seonbae dirumah mereka. Perjalanan menuju halte bus, kami berdua hanya diam. Aku melihat dari sudut mataku, Dongwoon memerhatikanku dengan dalam. Perhatiannya buyar saat teleponnya berbunyi.

“Apa? Yoseob hyung, masuk rumah sakit??” Teriaknya membuatku terkaget.

“Kenapa?” Aku bertanya, namun ia tak menjawab. Dongwoon langsung menarikku menaiki taksi menuju rumah sakit.

“Yoseob hyung, ia ditemukan tergeletak didepan rumah oleh para tetangga dengan wajah pucat, lalu mereka membawanya ke rumah sakit.” Dongwoon menjelaskan dengan cepat melihat luar jendela taksi.


Aku hanya diam mendengar itu, lagi air mataku mengalir deras. Perasaanku tidak tenang. Aku menangis mengerluarkan semua kesedihanku didalam taksi itu, Dongwoon yang melihatku langsung merangkulku dan mengelus-ngelus pundakku.
 
            Di rumah sakit Dongwoon berlari menuju ruang tempat Yoseob Seonbae dirawat. Aku mengikutinya. Memasuki ruangan itu, Dongwoon terjatuh melihat Yoseob Seonbae, aku yang juga melihatnya semakin mengeluarkan air mataku dengan deras. Yoseob Seonbae terbaring dengan alat bantu pernafasan dan alat pendeteksi detak jantung di samping tempat tidurnya. Sepertinya ia masih belum sadarkan diri. Aku membantu Dongwoon berdiri lalu kami mendekati Yoseob Seonbae. 


“Hyung, bangunlah. Kumohon bangunlah, disini ada aku dan Hye-rin. Apa kau tak ingin melihat kami?” Dongwoon memegang tangan kiri Yoseob Seonbae. 
Aku juga memegang tangan kanan Yoseob Seonbae. Dongwoon masih menangis begitu pula aku. Kami berdua sama-sama masih memakai seragam sekolah. 


            Aku ingin membersihkan wajahku di toilet. Melepaskan tangan Yoseob Seonbae dari genggamanku, namun tak bisa. Ternyata Yoseob Seonbae juga menggenggam erat tanganku. Tak lama, matanya terbuka. Aku berteriak memberitahu Dongwoon yang sedang duduk diluar ruangan. Dongwoon berlari masuk. Yoseob Seonbae ingin melepaskan alat bantu pernapasan yang dipakainya, Dongwoon ingin melarangnya, namun tak bisa. 


            Wajah Yoseob Seonbae masih saja pucat. Suaranya saat berbicara pun menjadi sangat kecil. Ia menatapku dalam dengan tersenyum seakan semuanya baik-baik saja. Aku juga mencoba tersenyum, tapi bukannya tersenyum aku malah menangis melihatnya. Aku berdiri disebelah kanannya dan Dongwoon disebelah kirinya. Ia masih memegang tanganku. 


“Ada apa dengan kalian, sudahlah jangan mencemaskanku. Aku akan baik-baik saja.” Yoseob Seonbae  berkata seakan-akan dia baik-baik saja.

“Hyung, kau pikir kau baik-baik saja?” Dongwoon marah mendengar perkataan Yoseob Seonbae.

Aku hanya diam. Tak mampu untuk berkata apapun. Yoseob Seonbae menatapku lagi. Berharap aku berbicara.

“Oppa, kenapa kau tak mendengar perkataan kami, bukankah kami telah menyuruhmu untuk dirawat disini saja.” Aku ikut memarahi Yoseob Seonbae.

“Mengapa kalian jadi memarahiku, bukannya mencemaskanku,” Yoseob Seonbae juga marah kepada kami.

Kami bertiga terdiam beberapa saat. Hingga suara kecil Yoseob Seonbae terdengar di telingaku.

“Hye-rin ya, terima kasih karena kau telah menemaniku selama ini. Dongwoon juga, kau adalah adik terbaik yang pernah kumiliki. Kau bahkan merelakan cinta pertamamu untukku.” Ucapan Yoseob Seonbae itu membuatku kaget dan melihat kearah Dongwoon. Dongwoon menangis memegang erat tangan Yoseob Seonbae. Aku kembali menatap Yoseob Seonbae menunjukkan wajah tak tahu apa-apa.

“Hye-rin-a, sebenarnya Dongwoon juga sangat mencintaimu, namun karena ia mengetahui aku juga mencintaimu dia mengalah. Bahkan ia mencoba untuk menutupi rasa cintanya itu padaku dan padamu.”Yoseob Seonbae menjelaskan menatap aku dan Dongwoon bergantian.

“Hyung, hentikan..” Dongwoon memohon air matanya masih saja mengalir.

Aku heran, aku juga ikut menangis. Betapa bodohnya aku selama ini. Aku bahkan tak mengetahui arti dari pertanyaan yang pernah Dongwoon tanyakan padaku. Dongwoon pasti merasa sangat sakit.
Yoseob Seonbae menarik tanganku dan tangan Dongwoon. Mempertemukan tangan kami, lalu menyuruh kami saling menggenggam. 

“Dongwoon-a, aku kembalikan cinta pertamamu, tolong kau menjaganya dengan baik.” Yoseob seonbae mulai berbicara.

“Hye-rin-a, aku mencintaimu. Namun kurasa Dongwoon lebih mencitaimu. Maukah kau menjaganya untukku ?”  mendengar perkataannya, air mataku terjatuh di tempat tidurnya.

“Hyung, kenapa kau berbicara seperti itu. Sudahlah.” Dongwoon memohon.

“Oppa, aku juga mencintaimu. Kalau itu yang kau inginkan. Aku akan melakukannya, aku akan mencintai Dongwoon. ”

Yoseob Seonbae terlihat sedang menahan sakit. Dongwoon ingin memanggil dokter, namun dihalangi olehnya.

“Dongwoon-a, kalau aku pergi kau jangan mengikuti dan mengejarku lagi ya, kumohon. Karena ada Hye-rin yang akan selalu bersamamu. Dan Hye-rin-a cintailah Dongwoon seperti kau mencintaiku bahkan lebih besar dari cintamu padaku.” Saat selesai mengatakan itu, Yoseob Seonbae menangis lalu memegang erat tanganku dan Dongwoon yang sedang berpegangan. Semakin erat ia menggenggam tangan kami. Lalu aku melihat wajah Dongwoon begitu pula Dongwoon, ia juga menatapku saat genggaman itu terlepas, mata Yoseob Seonbae tertutup, ia tersenyum, alat pendeteksi detak jantung berbunyi dan tak terlihat lagi garis-garis tak beraturan, hanya terlihat garis lurus.


“Hyung, jangan, jangan. Kumohon jangan tinggalkan aku.” Teriak Dongwoon memeluk tubuh lemas Yoseob Seonbae. Ia menangis. Kali ini tangisannya sangat keras. Tak pernah aku melihatnya sesedih ini.


“Oppa, Oppa…” aku juga teriak memanggilnya, menangis didepan tubuhnya, air mataku menetes jatuh diatas tubuh lemasnya, bagaikan hujan yang sedang turun. Aku merasa tak pernah sesedih ini. Tak pernah mengeluarkan air mata sebanyak ini. Kami berdua menangisinya. Hingga dokter datang dan menyuruh para perawat untuk membawanya kekamar mayat. Tubuhku lemas tak mempunyai tenaga untuk berjalan lagi, bahkan Dongwoon harus memegangku untuk meninggalkan rumah sakit.

            Tiga bulan berlalu setelah kepergian Yoseob Seonbae, aku dan Dongwoon berjalan menuju halte bus bersama-sama. Kami melihat taman, diseberang jalan. Lalu kami memutuskan untuk duduk sebentar di taman itu. 


“Hye-rin-a, aku mencintaimu. Tidakkah kau mencintaiku ?” Dongwoon tiba-tiba bertanya kepadaku.
“Dongwoon-a, aku juga mencintaimu, bahkan aku mencintaimu, jauh sebelum aku jatuh cinta pada Yoseob Seonbae.” Maafkan aku karena telah membuatmu seperti ini. Melihatku bersama Yoseob Seonbae.” Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.


“Oh, benarkah? Aku melakukan itu demi Yoseob hyung, bukankah kau juga mengetahuinya.” Ia berusaha membela diri. Jawanbannya itu menjadi terkesan bahwa aku sedang menyalahkannya

“Kalau aku menyatakan cintaku, apa kau akan menerimaku ?” tanyaku ragu.

“Entahlah.” Jawabnya singkat.

“Ya.!! Bukankah kau telah berjanji pada Yoseob Seonbae akan menjagaku. Kau tak ingin menepati janjimu ?” aku berteriak marah padanya.

“Kau, kenapa kau jadi seperti ini. Bukankah aku telah menyatakannya tadi. Apa kau tak mendengarnya?” Dongwoon berkata tak percaya.

“Caramu sungguh tidak romantis.” Keluhku.

            Iya tak menjawab. Hanya tertawa melihat wajah cemberutku. Lalu Dongwoon mendekat padaku, memelukku dan mencium pipiku. Aku merasa pelukkannya hampir sama seperti pelukkan Yoseob Seonbae. Hanya saja terasa lebih hangat. Dalam pelukkannya aku memerhatikan keadaan di Taman itu, aku merasa tak asing dengan keadaan disini. Setelah lama berpikir ternyata, ini taman yang ada dalam mimpiku. Saat Dongwoon memanggil Yoseob Seonbae. Saat dimana aku bertemu mereka untuk pertama kalinya. Namun bukan di dunia nyata. Hanya dalam mimpi. Pertemuaan yang sungguh tak terduga.

            Dongwoon memain-mainkan poniku. Aku memberinya tatapan sinis. Lalu kami berdua tertawa. Kami berdua merasa sanget bahagia. Aku mengeluarkan fotoku bersama Dongwoon dan Yoseob Seonbae yang kami ambil beberapa bulan lalu, kami tersenyum ceria difoto itu.

“Oppa, Bukankah kami bahagia seperti keinginanmu ?”




 - END -
gimana ?? gaje ya ?? silahkan komen eaaa *alay dikit* ^_- . Jangan lupa sarannya :D

6 komentar:

  1. Annyeong.. Suka bikin FF? Mau FF mu ditambah dengan Poster-poster kece? Kamu bisa request di http://cafeposterart.wordpress.com GRATIS kok, hehe… #maaf spam

    BalasHapus
  2. tolong dong bikin FF tentang doojoon hhhe

    makasih ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. request nya ditampung yaaa. tunggu aja. pasti dibuatin kok :D

      Hapus
  3. huaaaa... aku nangis lho baca ff ini.. :'( KEREN :^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi. aku nulisnya juga sambil nangis'-' kebawa suasana. gomawo udah baca ya:D

      Hapus